Advertisements

Lombok memiliki keindahan alam yang menakjubkan, banyak destinasi wisata di lombok yang mampu menarik banyak wisatawan, baik wisatawan Lokal maupun Mancanegara. 

Tapi, bukan hanya wisata alamnya saja yang menjadi daya tarik wisatawan, namun kehidupan Suku asli Lombok juga menjadi daya tarik tersendiri. Salah satunya ialah Suku Sasak, salah satu Suku asli Lombok yang masih bertahan dengan kehidupan tradisionalnya. 

Suku Sasak menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Buktinya, di beberapa tempat yang mereka kunjungi, mereka berfoto dengan menggunakan baju adat Suku ini. Apalagi jika berkunjung ke Dusun Sasak Sade yang merupakan desa dengan penduduk asli Pulau Lombok yaitu suku Sasak. 

Suku asli Pulau Lombok ini memang punya banyak keunikan, salah satu keunikannya terletak pada pakaian adat.

Pakaian adat Suku Sasak terbagi menjadi dua jenis, yaitu Lambung (untuk wanita), dan Pegon (untuk laki-laki).

– Lambung ( baju adat wanita)

pakaian adat baju lambung suku sasak biasanya dipakai saat upacara adat  seperti​ - Brainly.co.id

Baju adat Lambung ini berwarna hitam dengan kerah berbentuk huruf V, dan diberi hiasan pada bagian gigir baju. Ditambah kain tenun panjang yang menjuntai dibahu kiri dengam motif ragi genep, dalam istilah Suku Sasak disebut “Lempot”, penggunaan selendang ini melambangkan kasih sayang. 

Bawahannya memakai “Kereng” yaitu kain songket panjang khas Lombok yang dililitkan dari pinggang sampai mata kaki. Penggunaannya sebagai lambang kesopanan dan kesuburan. 

Dibagian pinggang juga dililitkan kain sabuk panjang atau biasa disebut “Tongkak” , dengan bagian ujung rumbainya dijuntaikan dipinggang sebelah kiri. Ini melambangkan kesopanan dan pengabdian. 

Bagian kepala memakai “Pangkak” yaitu mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan mawar yang diselipkan di konde atau sanggul.

Advertisements

– Pegon (Baju adat laki-laki)

Mengenal Pakaian Adat Suku Sasak Lombok | Paket Wisata Lombok 2020

Pegon yang berbentuk jas ini merupakan baju akulturusi, karena mendapat pengaruh dari adat Jawa dan Eropa. Perpaduan ini dianggap sebagai lambang keagungan dan kesopanan. 

Baju ini berwarna hitam polos, dengan celah terbuka dibelakang untuk memudahkan pemakainya. 

Dibagian pinggang mengenakan “Leang” atau “Dodot”, yaitu kain songket yang dililitkan hingga membentuk seperti ikat pinggang, ini berfungsi untuk menyelipkan keris. 

Bawahannya menggunakan “Wiron”, yaitu kain yang dililitkan dari pinggang hingga mata kaki dengan ujung tengah lurus menjuntai kebawah. Hal ini melambangkan sikap kerendahan hati yang harus dimiliki masyarakat Suku Sasak. Dalam pemakaian “wiron” diharuskan memakai kain bermotif khas Lombok dengan campuran motif batik Jawa.

Pada bagian kepala memakai “Cappuq” atau “Sapuk” yang melambangkan penghormatan pada Tuhan Yang Maha Esa. “Sapuk” yang merupakan ikat kepala ini juga berfungsi untuk menjaga pikiran pemakainya dari hal kotor. Ikat kepala ini biasa dibuat dengan kain batik, pelung, atau songket. 

Dan terakhir, bisa ditambahkan keris sebagai pelengkap. Keris sebagai lambang adat juga punya aturan dalam penggunaannya, yaitu bagian muka keris harus menghadap kedepan sebagai lambang ksatria. Jika terbalik maka melambangkan perang atau siaga. 

Selain keris, juga bisa ditambahkan selendang Umbak sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan sipemakai.

Kedua pakaian adat tersebut sampai sekarang masih sering digunakan masyarakat Suku Sasak dalam upacara atau ritual adat tertentu.

Pakaian adat ini memang mencerminkan tradisi unik dari kehidupan masyarakat Suku Sasak, sehingga mampu menarik minat wisatawan untuk datang dan melihat keunikan yang ada di Lombok.

Advertisements