Pernikahan adalah acara yang mengasyikkan. Apalagi di Indonesia terdapat banyak suku bangsa yang berbeda-beda, sehingga adat pernikahannya pun beragam. Salah satunya adalah adat pernikahan Bugis di Sulawesi Selatan.
Di Sulawesi Selatan, perkawinan disebut dengan Mappabotting, yang artinya melakukan upacara perkawinan. Ada beberapa fakta menarik tentang upacara pernikahan ini. Penasaran? Ayo lihat!
-
Mappasideppe mabelae
Mapasideppe mabelae artinya membawa mereka yang pergi jauh. Masyarakat Bugis menganggap bahwa perkawinan tidak hanya mempersatukan kedua mempelai dalam suatu hubungan perkawinan tetapi juga kedua keluarga.
Oleh karena itu, sebagian besar perkawinan yang dilakukan masih dalam hubungan kekeluargaan (cocok) karena sudah saling memahami. Namun, tidak perlu takut jika Anda naksir wanita atau pria Bugis karena perjodohan keluarga tidak dianggap serius. Jika cinta adalah sesuatu yang layak diperjuangkan.
-
Mammanu-manu atau masa penjajakan
Jika seorang pria telah menetap dengan idolanya dan berniat untuk menikah, maka akan ada operasi rahasia yang dilakukan oleh seorang wanita dan dikirim oleh pria itu. Semua itu untuk mengetahui posisi idolanya. Terutama untuk memastikan gadis itu lekat atau tidak. Nah, saat Anda sudah sampai di tahap itu, bersiaplah ada utusan yang akan datang menyapa Anda, lho!
-
Mappaci atau tudemmpenni
Mappaci atau tudemmpenni adalah prosesi menyucikan diri menjelang hari pernikahan. Malam itu, kedua mempelai didoakan oleh para tamu termasuk tokoh masyarakat, keluarga dan orang-orang terkasih.
Caranya adalah dengan memoles daun pacci atau henna dari telapak tangan pengantin dimulai dari tangan kanan lalu kiri dengan doa semoga kedua mempelai hidup bahagia selamanya. Malam Mapaci juga dilakukan oleh pengantin pria di rumahnya.
-
Bosara
Saat prosesi sebelum dan sesudah pernikahan, berbagai kue tradisional Bugis disajikan dengan rasa manis seperti barongko, salak kacang, kue bolu, katiri sala, attitudeporo, biji srikaya, srikaya nangka, sanggara ballad, bannang – bannang, beppa put. Kue-kue ini memiliki makna simbolis agar kehidupan pasangan selalu manis, harmonis dan damai sampai akhir hayat.
Kue-kue tersebut ditempatkan dalam wadah yang disebut bosara. Bosara sudah ada sejak zaman kerajaan, yaitu kerajaan Gowa dan Bone. Menyajikan kue dengan bosara adalah penghormatan tuan rumah kepada para tamu.
-
Songko To Bone
Pada pernikahan orang tua, keluarga akan bersatu kembali. Untuk membedakan tamu dan keluarga, mereka memakai seragam. Untuk laki-laki digunakan bone medium songko atau songko recca. Songko ini dibuat dengan urat daun lontar yang dikocok.
Pria Sulawesi Selatan harus memakai Songko sampai ke tulang jika ada acara penting. Keberadaan songko hingga ke bone kini telah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2018.
-
Mappasikarawa atau Mappasiluka (sentuhan pertama)
Setelah akad nikah selesai, mempelai pria dipimpin oleh seorang sesepuh menuju kamar mempelai wanita ke ipakasirawa (untuk disentuh). Bagi masyarakat Bugis, mappasikarawa penting karena keberhasilan rumah tangga tergantung pada sentuhan pertama pengantin pria dengan pengantin wanita. Bagian tubuh pengantin wanita yang mungkin tersentuh adalah payudara, ubun-ubun atau tengkuk, tangan dan perut. Setiap sentuhan memiliki arti tersendiri.
Usai prosesi mappasikarawa, pengantin baru meninggalkan ruangan untuk sujud dan memohon restu kepada orang tua dan orang yang mereka cintai. Prosesi adat pernikahan Bugis ini sangat menarik dan perlu dilestarikan. Semoga bacaan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang keragaman budaya di Indonesia.
Baca juga: 4 Pepatah Minang Tentang Cinta dan Kata Bijak
Sumber: https://hariancewek.com/